Rabu, 02 Oktober 2013

DAMPAK EKONOMI INDONESIA AKIBAT PENYELANGGARAAN MISS WORLD

Diposting oleh Taty saeng G di 19.32
DAMPAK EKONOMI INDONESIA AKIBAT PENYELANGGARAAN MISS WORLD

Apakah yang terlintas dipikiran anda begitu mendengar kata Miss World? Wanita? Cantik? Bikini? Seksi? Pintar? Ya jelas itu yang terlintas dalam pikiran semua orang.

Kata Miss World tentu sudah tak asing lagi. Seperti yang kita ketahui, Miss world adalah kontes kecantikan taraf Internasional yang diprakarsai oleh Eric Morley pada tahun 1951. Dari tahun ke tahun Miss World diselenggarakan diberbagai negara pilihan. Dan pada tahun 2013 ini, tepatnya bulan September Indonesia menjadi tuan rumah dari perhelatan bergengsi ini.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, lagi dan lagi kontes ini mengundang pro dan kontra dari berbagai kalangan. Penolakan terhadap Miss World datang dari berbagai ormas islam, seperti FPI, Muhammadiyah, NU, FUI, HTI dan juga MUI. Menurut mereka, sebagai negara islam Indonesia seharusnya tidak mengikuti kontes ini, apalagi sampai menyediakan tempat untuk kontes yang terkenal dengan kontes bikini ini.

Meski menerima banyak kecaman dan penolakan dari berbagai masyarakat, pihak promotor dan pemerintah bersih keras tetap menerimah Indonesia sebagai tuan rumah khususnya Bali. Banyak alasan yang dilakukan untuk pembelaan. Mulai dengan alasan digantinya pakaian seksi (bikini) menjadi sarung Bali, sampai kealasan ekonomi. Dalam segi ekonomi, pemerintah beranggapan bahwa ajang ini punya arti tersendiri bagi Indonesia. Melalui ajang ini, diharapkan Indonesia khususnya Bali akan dikenal dunia, ragam budaya dan pariwisata yang menjadi daya tarik Indonesia menjadi alasan kuat panitia dan pemerintah.
Konon katanya, perhelatan ini akan menambah sumber devisa negara karena setiap kontestan yang datang pasti tidak datang dengan sendiri. Mereka pasti membawa keluarga atau chaperonya masing-masing. Dengan waktu yang lumayan lama yakni sebulan, maka ini adalah devisa langsung. Hhhmm  Masuk akal sihh.. Tapi benarkah demikian???

Siti Nafidah, ketua MHT 1 Jawa Barat mengungkapkan, bahwa untuk promosi pariwisata Indonesia keseluruh dunia terkesan mengada-ngada. Memang benar nama Indonesia akan disebut-sebut dalam pemberitaan dunia dan pada tanggal 28 September silam banyak mata yang tertuju ke Indonesia. Namun, itu tak menjadi jaminan bahwa dengan iklan gratis tersebut serta merta membuat masyarakat dunia ingin berbondong-bondong datang melancong ke Indonesia dan mengahabiskan uang mereka di Indonesia.

*****

Indonesia memanglah negara berkembang yang masih mempunyai segudang permasalahan dalam negeri, salah satunya adalah masalah ekonomi. Sekalipun ajang Miss World mampu mendombrak dunia pariwisata, tapi tetap saja tak akan mampu mengurangi permasalahan kemiskinan dinegeri tercinta ini. Ya tentu saja, hasil dari Miss World ini lagi-lagi haya mengisi kantong para kapitalis saja, baik itu panitia maupun para sponsor. Sangat jauh sekali jika dikatakan Miss World mampu mengurangi permasalahan ekonomi Indonesia, sekalipun pemasukan negara kita menigkat akibat ajang Miss World. Namun, keuntungan tersebut hanya menambah sumber devisa para kapitalis, pemerintah pusat ataupun daerah dan sama sekali bukan untuk rakyat. Dengan kata lain, keuntungan tersebut hanya masuk kedalam kas negara dan itupun tidak sebanding dengan masalah kemiskinan yang ada di Indonesia.

Sekarang perhelatan bergengsi itu telah berlalu dan sukses diselenggarakan di Indonesia. Namun, adakah dampak positif ekonomi yang kita dapat? Mungkin ada. Apakah rakyat merasakannya? Entahlah.. Kita sebagai orang lemah tidak bisa apa-apa.. Seperti yang dikatakan wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang sering dikenal Ahok “Orang miskin jangan melawan orang kaya. Orang kaya jangan melawan Pejabat” yang artinya orang kaya saja tidak bisa lawan pejabat apalagi masyarakat biasa. Jadi kalau mau melawan pejabat yahh jadi pejabat dulu atau kalau enggak kita lebih baik diam.

Sekian....



Sumber: kompasiana.com, okezone.com, merdeka.com, kapanlagi.com

0 komentar:

Posting Komentar

 

Taty Harlini Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos