Lemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi berpotensi
mengurangi daya beli konsumen Indonesia terhadap produk-produk impor seperti
pakaian dan mobil. Pasalnya, harga produk asing di dalam negeri dapat melonjak
lebih tinggi dibandingkan beberapa bulan sebelumnya seiring dengan melemahnya
nilai tukar rupiah.
Pelemahan nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga menembus level Rp 11.813
atau terburuk sepanjang tahun ini ditanggapi Menteri Keuangan Chatib Basri. Dia
mengaku peningkatan kebutuhan dolar dari importir melonjak menjelang tutup
tahun atau setiap bulan.
Chatib mengaku,
pasar kapital di negara Asia lain juga ikut berada di zona merah, kecuali Tokyo
menunjukkan tanda positif. Dia menambahkan, rencana penarikan stimulus (tapering
off) berkontribusi memberikan sentimen negatif terhadap tingginya
volatilitas rupiah.
Seperti dikutip
dari BBC, Selasa (25/11/2013), produsen mobil asal AS General Motors (GM)
yang baru membuka pabriknya di Indonesia awal tahun ini mengaku kondisi
perekonomian di Indonesia sekarang serba tidak pasti. Pelemahan rupiah yang
terjadi terus menerus menjadi salah satu faktor yang dikhawatirkan berdampak
pada daya beli konsumen Indonesia.
"Perlambatan penjualan memang terjadi,
terkait ketidakpastian ekonomi saat ini, mulai dari nilai tukar rupiah yang
terus merosot sampai persiapan pemilu presiden tahun depan," ungkap
Presiden GM di Indonesia , Michael Dunne.
Menurut dia, hingga
pemilu dimulai, penjualan mobil di Indonesia tak akan mengalami peningkatan.
Meski begitu, Dunne juga tak melihat adanya penurunan penjualan.
"Mungkin empat sampai enam bulan ke depan,
pasar akan tetap soft, tapi bukan penurunan. Penjualan akan tetap tumbuh
tapi memang tak akan secepat sebelumnya," jelas dia.
Sementara itu,
Kanmo Retail Group yang telah membuka 80 toko di Indonesia, agak pesimis atas
rencananya untuk membuka 19 outlet lain tahun depan. Meski begitu, dia yakin
konsumen Indonesia tak akan kehilangan daya belinya.
"Indonesia merupakan negara dengan ekonomi
terbesar di Asia Tenggara, dan 60% pendapatannya berasal dari belanja konsumen.
Indonesia juga punya lebih banyak konsumen dibandingkan negara manapun di
kawasan tersebut," ungkap Direktur Pelaksana Kanmo Retail Group Hitesh
Bharwani.
Namun demikian,
jika rupiah terus melemah, diakui Hitesh dapat membuat harga produk-produk
asing seperti milik perusahaannya melambung tinggi. Dengan begitu. dia meyakini
kemungkinan adanya pengurangan daya beli masyarakat Indonesia.
Terpenting, menurut
Chatib, pemerintah akan segera merilis paket kebijakan ekonomi lanjutan pada
pekan depan. Pemerintah akan mengumumkan dua kebijakan mengenai Pajak
Penghasilan (PPh) impor dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).
sumber:bisnis.liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar